Awal tahun tepatnya pertengahan bulan Januari, ibukota
negara Republik Indonesia (DKI Jakarta) terendam banjir. Hampir seluruh wilayah
DKI Jakarta terendam oleh air. Penyebabnya adalah karena faktor cuaca yang
memang sedang musim hujan dan banjir kiriman dari wilayah kota Bogor dan Depok.
Semua warga Jakarta dibuat resah oleh banjir 5 tahunan tersebut. Walaupun sudah
sering mengalami banjir, banyak warga Jakarta yang mengatakan bahwa banjir
tahun ini merupakan banjir yang lebih parah dibandingkan banjir tahun 2007
lalu. Mereka pun mengungsi ketempat yang sudah disediakan, bahkan kolong
jembatan dan halte busway pun mereka sulap menjadi perkemahan.
Ditengah hiruk pikuk banjir ini, sebagian masyarakat Jakarta
memanfaatkannya untuk mencari uang. Misalnya saja seorang pemulung, mereka
biasa menggunakan gerobaknya untuk mencari rongsokan. Untuk mendapatkan uang,
mereka harus mencari rongsokan dari pagi hingga sore dengan penghasilan
rata-rata Rp 80.000,- sampai Rp 100.000,-. Namun saat banjir merendam Jakarta
mereka bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 300.000,- per hari.
Mereka menyulap gerobaknya untuk mengangkut masyarakat
Jakarta yang ingin melewati genangan air. Dalam satu gerobak bisa muat untuk 2
motor dengan 2 pengendaranya. Biasanya gerobak tersebut dikendalikan oleh dua
orang yaitu disisi depan dan belakang. Untuk tarifnya, mereka memasang tarif Rp
10.000,- per orang dan Rp 10.000,- per motor. Jadi sekali mengangkut mereka
bisa memperoleh Rp 40.000,-. Penghasilan yang cukup menjanjikan ditengah
kesulitan yang mereka hadapi.
Itu merupakan keuntungan yang didapat oleh sebagian
masyarkat saat bencana banjir. Namun sebenarnya Jakarta mengalami kerugian
hingga Rp 1,5 miliyar per jam dalam satu hari. Perekonomian Jakarta lumpuh saat
banjir, sehingga pengusaha banyak yang mengelu karena kegiatan bisnisnya banyak
yang terganggu. Contohnya para pedagang yang berada dipusat-pusat perbelanjaan
Mangga Dua Square. Jalan menuju pusat perbelanjaan tersebut tergenang air
sehingga mereka yang membuka usaha disana tidak bisa menjalankan usaha seperti
biasanya.
Selain itu, menurut Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha
Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI, Sarman Simanjorang, mengatakan hal yang
terganggu akibat banjir adalah distribusi barang dan aktivitas logistik,
tersendatnya transaksi keuangan dan bisnis, tersendatnya proses produksi,
kerusakan infrastruktur, dan aktivitas kantor yang tidak berjalan akibat
karyawan yang tidak masuk.
Kini banjir telah surut, warga Jakarta mulai kembali ke
rumah masing-masing dan berbenah. Saat berbenah inilah, kerugian sangat terasa.
Banyak barang-barang berharga seperti barang elektronik rusak dan tidak bisa
digunakan kembali bahkan banyak yang hilang dan hanyut terbawa arus banjir.
Butuh banyak biaya untuk kembali ke seperti semula.
Banjir tidak hanya mendatangkan kerugian tetapi juga
terdapat keuntungan ditengah bencana tersebut. Namun tidak dipungkiri lebih
banyak kerugian yang didapat ketimbang keuntungan. Jadi, dengan kata lain kita
harus pandai dalam melihat peluang ditengah kesulitan ekonomi yang sedang
melanda.
Sumber : http://jakarta.tribunnews.com/2013/01/18/kerugian-ekonomi-jakarta-akibat-banjir-capai-rp-1-miliar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar