Powered By Blogger

Jumat, 15 Februari 2013

Dampak Banjir Terhadap perbankan


Banjir yang terjadi di Jakarta awal bulan ini telah memberi dampak negatif paling parah dan lama dibandingkan dengan banjir yang pernah ada dan melanda Jakarta selama ini.
Banyak yang percaya bahwa banjir besar ini merupakan siklus lima tahunan, setelah sebelumnya terjadi pada awal Februari 2002. Efek yang diakibatkannya juga hebat.
Namun, nampaknya tidak banyak pelajaran yang diambil dari akibat banjir-banjir terdahulu, bahkan ruang kosong yang tersisa di Jakarta semakin sedikit, sehingga tidak cukup lahan lagi yang tersedia untuk menyerap air hujan.
Di Bogor juga sama saja, di puncak bukit telah banyak berdiri bangunan. Kondisi ini memudahkan terjadinya longsor dan banjir pada musim hujan. Karena Bogor berada di ketinggian, jelas kawasan ini akan mengalirkan air hujan yang tidak terserap tanah ke Jakarta dan sekitarnya. Akibatnya, hujan yang tidak terlalu lama pada 2 Februari lalu telah membuat 60% wilayah Jabodetabek tenggelam.
Patut diketahui bahwa 90% dari kerugian yang berhubungan dengan bencana alam diakibatkan oleh banjir. Dengan demikian, sudah selayaknya manajemen banjir di Jakarta dibuat secara khusus, agar banjir tidak terjadi berulang-ulang. Harapannya, efeknya tidak lagi memberikan kerugian ekonomi secara signifikan.
Bagi perbankan, manajemen banjir yang baik juga akan mengurangi potensi kerugian yang ditimbulkan dari pemburukan kualitas kredit (non performing loan/NPL), sebagai akibat dari tidak optimalnya operasional bisnis debitor.
Jika dihitung potensi kerugian yang ditimbulkan oleh banjir pada awal Februari yang lalu, dapat dilakukan simulasi perhitungan sebagai berikut. Dari kredit yang sudah disalurkan perbankan sampai November 2006 secara nasional adalah Rp761.563 miliar, di mana 40% di antaranya berada di Jabodetabek.
Sebagai akibat banjir tersebut, 60% Jakarta tenggelam, berarti equivalen sebanyak itu juga bisnis debitor yang menghadapi persoalan operasional. Dengan kata lain, sebanyak 24% (60% dikalikan 40%) debitor akan mengalami kesulitan cash flow untuk memenuhi kewajiban perbankannya.
Kemudian, karena 90% kerugian ekonomi disebabkan oleh bencana alam adalah kerugian yang diakibatkan oleh banjir, berarti sebesar 21,6% (90% dikalikan 24%) kredit yang ada di Jakarta berpotensi untuk menjadi bermasalah. Artinya, bank akan membukukan kerugian (biaya), karena pembentukan cadangan atas kreditnya.
Dalam rupiahnya adalah sekitar Rp164.498 miliar. Jika perbankan membukukan pencadangannya sebesar rata-rata 50% saja (kalau kredit dengan kolektibilitas macet, pencadangan biaya menjadi 100%), potensi kerugian adalah sekitar Rp80 triliun, suatu jumlah yang sangat fantastis. Selanjutnya, berapa kesempatan kerja yang hilang, baik yang permanen maupun untuk sementara.
Pada akhirnya, ini akan menciptakan multiplier effect, di mana sektor riil akan kembali terpuruk, terutama untuk yang di Jakarta. Padahal, sektor riil saat ini memang belum bangkit, terbukti absorbsi kredit oleh mereka rata-rata secara nasional baru sekitar 67%.
Restrukturisasi
Untuk mengantisipasi kerugian tersebut bagi pihak perbankan, restrukturisasi kredit harus dilakukan. Dan, restrukturisasi kredit ini harus dilakukan per masing-masing debitor, sesuai dengan kondisi usahanya dan proyeksi cash flow yang akan dihasilkan.
Perlakuan seperti ini jauh lebih adil, karena ia tidak akan menimbulkan kecemburuan kepada debitor-debitor yang tetap tertib dan aktif membayar kewajibannya kepada bank, sekalipun usahanya dalam kondisi yang memprihatinkan.
Dalam kondisi seperti ini, bank harus aktif untuk menemukan alternatif restrukturisasi dan mencarikan jalan keluar. Di antara restrukturisasi yang ditawarkan adalah jangka waktu kredit yang lebih fleksibel, sesuai dengan kemampuan cash flow yang dimiliki.
Bila perlu pejabat bank memberikan advis manajemen kepada debitor, termasuk memberikan solusi atas sumber pendanaan baru dalam jangka pendek, seperti divestasi harta tetap yang kurang produktif. Atau mencarikan calon investor yang berminat untuk menanamkan modalnya pada usaha debitor dengan imbalan dan jaminan yang jelas.
Selanjutnya, bank juga dapat menawarkan pemberian suku bunga kredit yang lebih rendah kepada debitor yang sedang mengalami musibah banjir. Ini harus dilakukan dengan penuh perhitungan.
Strategi seperti ini hanya dapat dilaksanakan jika ada penghematan yang diperoleh dari selisih antara biaya pengurangan suku bunga dengan pembentukan biaya pencadangan kreditnya. Dalam kondisi ini, posisi pihak bank masih lebih baik.
Namun, harus disadari bahwa pemberian suku bunga ringan tidak diberlakukan untuk selama jangka waktu restrukturisasi, tetapi hendaknya disesuaikan dengan peningkatan cash flow usaha debitor.
Selanjutnya, untuk kewajiban bunga yang tertunggak dapat ditunda pembayarannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan debitor. Kewajiban seperti ini tidak boleh dinihilkan, karena ia merupakan sumber pendapatan bagi bank.
Dengan adanya restrukturisasi kredit, diharapkan debitor dapat menerima beberapa insentif kemudahan dalam pembayaran kreditnya, salah satunya seperti yang telah diterangkan di atas.
Artinya, pembayaran kewajiban debitor kepada bank akan lebih ringan untuk sementara waktu, di mana dalam jangka waktu tersebut akan terjadi peningkatan modal intern (internal capital growth) usaha debitor.
Diharapkan, pelan-pelan pada akhirnya, debitor kembali mampu untuk melakukan aktivitas skala bisnisnya seperti semula. Pada saat itulah, kemampuan untuk membayar kewajiban perbankannya akan meningkat seperti pada saat sebelum adanya musibah banjir.

Sumber :http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL

Rencana MRT ibu kota


Segala macam upaya direncanakan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta untuk mengurai kemacetan di Ibu Kota. Untuk jangka panjang, Pemprov DKI merencanakan untuk membangun dua megaproyek transportasi massal berbasis rel, yaitu mass rapid transit (MRT) dan monorel.
MRT yang pelaksanaan ground breaking-nya direncanakan pada 2013 mendatang terancam molor. Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) hingga saat ini masih belum memutuskan apakah ingin melanjutkan MRT atau tidak.
Jokowi masih dalam upaya renegosiasi dengan pemerintah pusat untuk mengubah beban pengembalian pinjaman kepada Japan International Cooperation Agency (JICA). Di satu sisi, pemerintah pusat, terutama Kementerian Keuangan, juga masih belum menerima tawaran renegosiasi Jokowi.
Sementara itu, megaproyek MRT masih terombang-ambing nasibnya, Jokowi justru memberi lampu hijau kepada monorel.
"Intinya monorel sudah saya beri lampu hijau. Yang paling penting, legalnya dulu. Kalau hukumnya itu sudah oke, ya langsung saja."
Ada dua konsorsium yang ingin menjalankan proyek monorel, yaitu PT Jakarta Monorail (swasta) dan Adhi Karya (BUMN). Jokowi mengatakan, Adhi Karya masih tetap tidak ingin untuk bergabung dengan pihak swasta, dalam hal ini, PT Jakarta Monorail, untuk menjalankan monorel.
"Intinya, Adhi Karya tidak mau bergabung dengan Jakarta Monorail. Kalau tetap digabung, beliaunya akan mengundurkan diri. Ada surat tertulisnya," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, melalui surat dari Adhi Karya tersebut, berarti konsorsium penggerak monorel tinggal satu, yakni PT Jakarta Monorail. Namun, perihal itu masih dalam kajian mengenai rute (blue line dan green line) dan hukumnya.
"Legalnya seperti masih apa, itu masih saya lihat. Akan tetapi, intinya saya memberi lampu hijau kepada monorel agar jalan. Bukan Jakarta Monorail-nya, tetapi monorelnya," kata Jokowi.
Juru Bicara PT Jakarta Monorail Bovanantoo mengakui pihaknya baru saja bertemu dengan Jokowi. Menurut dia, untuk keberlanjutan monorel, proyek itu akan dikaji lebih dalam dengan waktu yang sangat singkat dan cepat.
"Tentunya dengan dinas dan lembaga terkait diminta melakukan koordinasi tentang integrasi passenger supaya ini dapat dilihat suatu angka yang realistis," kata Bovanantoo.
Untuk pendanaan proyek monorel akan menggunakan pendanaan swasta murni. Dengan perbandingan perbankan sebesar 70 persen dan 30 persen konsorsium. Jokowi menginginkan dalam pembangunan proyek monorel ini mulai dari rel, kereta, dan lainnya menggunakan produk dalam negeri.
"Dari awal, kami memang menawarkan suatu kombinasi produk dalam negeri. Tentunya tidak akan 100 persen. Akan tetapi, untuk Jakarta, dalam beberapa hal, akan ada beberapa komponen campuran," ujarnya.
Kompas.com

Selasa, 12 Februari 2013

Teknologi baterai yang digunakan mobil listrik


Tucuxi merupakan salah satu mobil listrik karya anak bangsa. Mobil ini cukup membanggakan bagi bangsa Indonesia, karena yang membuat rancangan mobil listrik mewah ini adalah seorang anak bangsa yang bernama Danet Suryatama yang merupakan lulusan ITS Surabaya dan bergelar Doctor dari Michigan AS. Apalagi pembuatan mobil ini sangat didukung oleh Menteri BUMN. Bapak Dahlan mengatakan “pembuatan mobil ini merupakan bagian dari industry strategis”.  Produksi mobil listrik mewah ini dapat dijadikan celah dan peluang dalam industry otomotif Indonesia untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak yang semakin menipis. Industry ini juga memiliki prospek yang sangat baik ditengah issue semakin populernya kendaraan hemat energi, ramah lingkungan dan zero emisi.
Mobil listrik ini menggunakan riset tehnologi battere. Waktu pengisian baterai ini menghabiskan waktu 4 jam untuk jarak tempuh 320-480 kilometer. Baterai yang digunakan mobil Tucuxi adalah battere lithium ion. Itulah sedikit penjelasan mengenai teknologi baterai yang digunakan di salah satu mobil listrik. Selanjutnya saya akan menjelaskan lebih detail mengenai penggunaan teknologi baterai pada mobil listrik.
Disini saya akan menggambarkan penggunaan baterai pada mobil listrik dengan perbandingan biayanya. Misalnya saja antara baterai timbal-asam dengan baterai NiMH. Biaya dari baterai NiMH saat ini adalah 10 sampai 15 kali lebih besar daripada baterai timbal-asam. Dengan kata lain, sebuah baterai NiMH akan menelan biaya $ 20.000 sampai $ 30.000 (hari ini) bukan $2.000. 
   
Harga baterai bisa saja jatuh bangun karena mereka menjadi mainstream, sehingga selama beberapa tahun ke depan ada kemungkinan bahwa NiMH dan baterai lithium-ion akan menjadi kompetitif dengan harga baterai timbal-asam. Mobil listrik akan memiliki jangkauan signifikan lebih baik pada saat itu.
Ketika Anda melihat masalah yang terkait dengan baterai, Anda mendapatkan perspektif yang berbeda pada bensin. Dua galon bensin, yang beratnya £ 15, dengan biaya $ 3,00 dan memakan waktu 30 detik untuk menuangkannya ke dalam tangki, setara dengan 1.000 pon baterai timbal-asam dengan biaya $ 2.000 dan mengambil waktu empat jam untuk mengisi ulang. 
Terkait dengan mengapa ada begitu banyak penggunaan sel bahan bakar saat ini ketimbang teknologi baterai. Dibandingkan dengan baterai, sel bahan bakar akan lebih kecil, lebih ringan dan langsung diisi ulang. Ketika didukung oleh hidrogen murni, sel bahan bakar  tidak memiliki masalah dengan lingkungan yang terkait dengan bensin. Hal ini sangat memungkinkan  bahwa mobil-mobil listrik masa depan akan  mendapatkan listriknya dari sel bahan bakar. Masih banyak penelitian dan pengembangan yang akan terjadi, namun sel bahan bakar yang lebih murah dapat diandalkan untuk mendukung mobil listrik.
 
Hampir setiap mobil listrik memiliki satu baterai lainnya.Yakni baterai timbal-asam12-volt yang normal . Baterai 12-volt menyediakan daya untuk aksesoris - hal-hal lain seperti lampu, radio, kipas angin, komputer, kantong udara, wiper, power window dan instrumen lain dalam mobil. Karena semua perangkat sudah tersedia dan standar di 12volt, maka masuk akal bila di lihat dari sudut pandang ekonomi  untuk menggunakannya pada mobil listrik.
Bagaimana tanggapan Anda setelah mengetahui penjelasan mengenai Teknologi Baterai pada mobil listrik?. Apakah semakin tertarik untuk menggunakan Mobil Listrik?

Sumber :
Majalah Tempo edisi 14-20 Januari 2013

Pembubaran RSIB



RSBI “Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional” merupakan program pendidikan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3, yang menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan sekolah yang berkualitas. Peningkatan kualitas ini diharapkan akan mengurangi jumlah siswa yang bersekolah di luar negeri.
Sekolah ini digadang-gadang bakal menghasilkan anak bangsa yang memiliki kemampuan bertarung di dunia internasional. Mengapa begitu?, karena di sekolah ini para siswa dan gurunya diharuskan menggunakan bahasa asing dalam pengantar kegiatan belajar dan mengajar khususnya bahasa inggris. Selain itu, kurikulum yang dianut mengikuti kurikulum sekolah di luar negeri. Di Indonesia, sekitar 1.397 sekolah menyandang predikat RSBI, yang terdiri dari 293 sekolah pada tingkat Sekolah Dasar (SD), 351 sekolah pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), 363 sekolah pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 390 sekolah pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Namun pada tanggal 8 Januari 2013 RSBI dihapus melalui keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Penghapusan program RSBI ini dimulai ketika tujuh warga Jakarta yang mengajukan judicial review Pasal 50 ayat 3 UU 20 tahun 2003 ke Mahkamah Konstitusi. Pengajuan inipun diterima oleh Mahkamah Konstitusi. Penghapusan program RSBI diikuti dengan penghapusan Pasal 50 ayat 3 UU 20 tahun 2003 yang menjadi landasan hukum RSBI.
Menurut saya penghapusan ini sudah tepat karena beberapa alasan berikut ini:
Ada beberapa RSBI yang memanfaatkan predikat ini untuk mencari uang. Maksudnya adalah konsep pendidikan RSBI merupakan konsep pendidikan yang dikomersialkan.
Pengantar dalam kegiatan belajar dan mengajar di kelas menggunakan bahasa inggris, penggunaan ini dianggap tidak berhubungan dengan bertambahnya wawasan pengetahuan dan tidak mencerminkan nasionalisme.
RSBI dianggap tidak adil karena tidak bisa mengakomodasi murid yang tingkat kecerdasannya hanya rata-rata.
Sebenarnya program-program yang ditawarkan di sekolah berpredikat RSBI sangat baik. Seperti yang kita tau, pengajar dan fasilitas yang ditawarkan RSBI sangat berkualitas. Tetapi lebih baik lagi apabila program-program yang diterapkan RSBI bisa diterapkan pula di sekolah regular lainnya agar pendidikan di Indonesia lebih maju lagi dan bisa dipandang negara lain. Seperti yang kita tau, pengajar dan fasilitas yang ditawarkan RSBI sangat berkualitas. Cara ini lebih efektif, karena semua program yang bagus itu, bisa dinikmati oleh seluruh anak bangsa tanpa memandang si miskin dan si kaya.

Keuntungan & kerugian banjir yang merendam Jakarta



Awal tahun tepatnya pertengahan bulan Januari, ibukota negara Republik Indonesia (DKI Jakarta) terendam banjir. Hampir seluruh wilayah DKI Jakarta terendam oleh air. Penyebabnya adalah karena faktor cuaca yang memang sedang musim hujan dan banjir kiriman dari wilayah kota Bogor dan Depok. Semua warga Jakarta dibuat resah oleh banjir 5 tahunan tersebut. Walaupun sudah sering mengalami banjir, banyak warga Jakarta yang mengatakan bahwa banjir tahun ini merupakan banjir yang lebih parah dibandingkan banjir tahun 2007 lalu. Mereka pun mengungsi ketempat yang sudah disediakan, bahkan kolong jembatan dan halte busway pun mereka sulap menjadi perkemahan.
Ditengah hiruk pikuk banjir ini, sebagian masyarakat Jakarta memanfaatkannya untuk mencari uang. Misalnya saja seorang pemulung, mereka biasa menggunakan gerobaknya untuk mencari rongsokan. Untuk mendapatkan uang, mereka harus mencari rongsokan dari pagi hingga sore dengan penghasilan rata-rata Rp 80.000,- sampai Rp 100.000,-. Namun saat banjir merendam Jakarta mereka bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 300.000,- per hari.
Mereka menyulap gerobaknya untuk mengangkut masyarakat Jakarta yang ingin melewati genangan air. Dalam satu gerobak bisa muat untuk 2 motor dengan 2 pengendaranya. Biasanya gerobak tersebut dikendalikan oleh dua orang yaitu disisi depan dan belakang. Untuk tarifnya, mereka memasang tarif Rp 10.000,- per orang dan Rp 10.000,- per motor. Jadi sekali mengangkut mereka bisa memperoleh Rp 40.000,-. Penghasilan yang cukup menjanjikan ditengah kesulitan yang mereka hadapi.
Itu merupakan keuntungan yang didapat oleh sebagian masyarkat saat bencana banjir. Namun sebenarnya Jakarta mengalami kerugian hingga Rp 1,5 miliyar per jam dalam satu hari. Perekonomian Jakarta lumpuh saat banjir, sehingga pengusaha banyak yang mengelu karena kegiatan bisnisnya banyak yang terganggu. Contohnya para pedagang yang berada dipusat-pusat perbelanjaan Mangga Dua Square. Jalan menuju pusat perbelanjaan tersebut tergenang air sehingga mereka yang membuka usaha disana tidak bisa menjalankan usaha seperti biasanya.
Selain itu, menurut Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI, Sarman Simanjorang, mengatakan hal yang terganggu akibat banjir adalah distribusi barang dan aktivitas logistik, tersendatnya transaksi keuangan dan bisnis, tersendatnya proses produksi, kerusakan infrastruktur, dan aktivitas kantor yang tidak berjalan akibat karyawan yang tidak masuk.
Kini banjir telah surut, warga Jakarta mulai kembali ke rumah masing-masing dan berbenah. Saat berbenah inilah, kerugian sangat terasa. Banyak barang-barang berharga seperti barang elektronik rusak dan tidak bisa digunakan kembali bahkan banyak yang hilang dan hanyut terbawa arus banjir. Butuh banyak biaya untuk kembali ke seperti semula.
Banjir tidak hanya mendatangkan kerugian tetapi juga terdapat keuntungan ditengah bencana tersebut. Namun tidak dipungkiri lebih banyak kerugian yang didapat ketimbang keuntungan. Jadi, dengan kata lain kita harus pandai dalam melihat peluang ditengah kesulitan ekonomi yang sedang melanda.